Minggu, 23 Desember 2018

[IT'S MY LIFE] AYOOO... REUNI!


Beberapa jam sebelumnya...

Dua orang pria terduga Panitia Reuni Perak Alumni ’93 SMAN 1 Malang ditemukan tergeletak di sekitar lokasi reuni.


Sementara di tempat yang sama, seorang pria terciduk sedang mencoba stand photobooth. Melihat senyumnya, konon kabarnya pria ini masih berhubungan dengan dua orang yang disebutkan di atas, walaupun diduga hubungan itu hubungan gelap. 


Menjelang kedatangan peserta Reuni…
Rekan-rekan, ada baiknya kita abadikan kondisi panggung tempat acara sedianya akan diselenggarakan, sebelum menjadi ajang keintiman terang-terangan antara Alumni ’93, para Guru, dan pengisi acara. Terkait kemungkinan terjadinya hal-hal yang diinginkan, marilah kita amini saja.

Jalan Sehat, Jalan Riang…
Saya pribadi bukan penggemar jalan sehat, karena takut kurus. Tapi melihat wajah-wajah sumringah seperti ini, mana tahaaannn?
Akhirnya saya bergabung juga, walaupun di garis finis saja. Anda tidak usah protes.


Formasi Foto Bersama…
Kalau dulunya susah disuruh baris pas upacara, bisa dipastikan sekarang juga masih ruwet kalau disuruh baris untuk foto formasi.
Sampai-sampai mbak-mbak cantik asisten MC mengumumkan, “Tolong baris yang rapi ya Kakak-Kakak, karena baterai drone-nya hampir habis…”
Eaaa… dipanggil Kakak dong kitaaa… #blushing.



Sarapan dan Cangkrukan…
Maafkan kekhilafan Panitia yang tidak sempat memoto hidangan hari ini, karena keasyikan melayani Alumni ’93 SMAN 1 Malang.
Padahal semuanya ENAK-ENAK.
Satu-satunya foto yang sempat diabadikan adalah foto Gatot Suwito, koordinator kelas Bizzaro, di depan sajian Bakso Goreng dari Gaguk. 

Karena Gatot pakai kopiah, baksonya jadi enak dan barokah.
Konon katanya begitu. 


Sementara itu…
Oppa dan Ahjussi di stand photobooth sigap melayani Alumni ’93 SMAN 1 Malang yang berfoto. Perkara gayanya aneh-aneh, itu sepenuhnya di luar tanggung jawab mereka.
Kenapa Oppa dan Ahjussi?
Karena saya emak kekinian. Anda tidak usah protes.




Acara dimulai…
Ketua Panitia Reuni Perak Alumni ’93 SMAN 1 Malang memberi sambutan, berisi ucapan selamat datang dan apresiasi terhadap Guru, Peserta, dan Panitia acara tersebut.

Chayo Dimiii… Chayoooo…
Kenapa saya jadi heboh?
Mungkin karena belum ngopi.


Pak Kholiq rawuh, lalu memberikan sambutan. Bahwa “Apabila kita pandai bersyukur, maka insyaallah, selain diberi kesehatan jasmani dan rohani, kita juga diberkahi kesehatan ekonomi.”

Ketika mengenang rekan-rekan Alumni ’93 yang telah mendahului kita, dengan terharu beliau berpesan, “Kematian pasti datangnya, cepat atau lambat. Hidup itu hanya sekali, maka jadikan hidupmu berarti.”
Dada saya jadi maknyesss… adeeemmmm… 


Dengan berakhirnya wejangan dari Pak Kholiq, maka acara sepenuhnya bisa dimulai.
Tadinya saya ingin memajang foto bersama semua Alumni ’93 beserta Ibu-Bapak Guru yang hadir, tapi ah… lebih baik videonya saja ya…
Ini dia…




Sambil menikmati acara hiburan di panggung, semua Alumni ’93 beserta Ibu-Bapak Guru menikmati hidangan yang ada.
Saya sempat ngobrol dengan Pak Bambang. Mumpung ketemu dengan guru idola, yekaaaannn…

“Saya paling tidak suka dengan orang yang suka menggunakan Bahasa Inggris untuk sekedar eksistensi,” kata beliau berapi-api. “Mosok ceramah di masjid 10 menit saja, ada 92 vocab yang dipakai. Mana salah semua, lagi.”
“Lah? Kok Bapak sempat-sempatnya ngitung?” tanyaku.
“Soalnya kuping saya gatel dengarnya…”
Alhamdulillah Vicky Prasetyo tidak pernah jadi muridnya Pak Bambang. Mari bersama-sama kita ucapkan syukur.





Sementara itu…
Di panggung, Ari Sapta Wahyudi, teman dari Pacman, menyumbangkan lagu dengan suara emasnya. Bapak yang satu ini selulus dari SMAN 1 Malang menjadi teman saya di bangku kuliah.

Tapi saya tidak paham gaya jogetnya si Mas MC, mengingat biasanya Ari menyanyikan lagu cadas, bukan dangdut.
Ada yang bisa menjelaskan ke saya?


Sementara itu… seri 2…
Keriaan di panggung memberi kesempatan saya dan teman-teman Bizzaro untuk menjelajahi lokasi-lokasi penuh kenangan di SMAN 1 Malang.
Tangga tempat saya deg-degan melihat kakak kelas ganteng yang lewat… ruang kelas tempat (almh.) Bu Tjitjih dulu mengajar… lorong penuh kenangan tempat kami adu balap lari karena posisi SANGAT menentukan prestasi… bahkan merekonstruksi adegan rebutan kursi menjelang ulangan.





Sementara itu… seri 3…
Apalah artinya kenangan di SMAN 1 Malang tanpa tokoh-tokoh legendarisnya?



Ah, tapi semua keriaan pasti ada akhirnya…
Lagu klasik “Kemesraan” mengakhiri kebersamaan kita hari ini.

Panggung sunyi kembali.
Saat ini, atau besok, lapangan basket kosong lagi tanpa panggung tempat kita menyanyi tadi.
Terima kasih Teman, atas hari yang indah ini.
Hari ini boleh berakhir, namun kebersamaan kita abadi.
Kita tak perlu menunggu 25 tahun untuk berbagi tawa, bekerja bersama, makan bersama, bahkan mungkin, menawarkan uluran tangan untuk teman-teman yang langkahnya sedang tertatih, agar ia bisa bangkit lagi.
Hidup hanya sekali, maka jadikan hidupmu berarti.
Mitreka Satata, kita sahabat yang sederajat. Kita tidak sendiri.


Reuni Perak Alumni '93 SMAN 1 Malang, 23 Desember 2018.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar