Aku selalu ingat wajah orang, tapi biasanya aku lupa siapa
nama orang itu.
Di tempat kerjaku yang lama, urusan lupa nama
ini jarang jadi masalah karena aku lebih banyak mengolah data. Kalaupun menerima konsultasi, orangnya hanya
itu-itu saja dan sudah bertahun-tahun kami saling mengenal.
Urusan
lupa nama jadi masalah ketika aku bekerja di kelurahan. Mendadak aku harus
bertemu banyak orang yang harus kuhapalkan nama dan perannya di masyarakat. Ada
modin. Ada pengurus LPMK. Ada pengurus PKK. Ada Ketua Pokja. Ada Ketua Karang
Taruna.
Ribet?
Tentu saja!
Pusing?
Jelas!
Bikin
deg-degan? Iya!
Tapi
dasar aku, tetap saja ada kejadian aku salah panggil.
Selama
berminggu-minggu aku memanggil nama Sekretaris PKK dengan nama Bu Nanik, tanpa
sadar bahwa namanya adalah Mbak Ning. Pantas saja bila kupanggil, Ibu
Sekretaris PKK tak pernah menyahut. Kalaupun menyahut, pandangan matanya agak
gimanaaaa… gitu.
Sampai
sekarang aku juga belum terlalu hapal nama-nama pengurus LPMK. Yang mana Pak
WIkan, Pak Aziz, Pak Ruri, Pak Gani, aku hanya menebak-nebak saja, sambil
berdoa tidak salah panggil.
Celakanya,
tak semua orang menggunakan nama asli mereka. Ada yang lebih terkenal dengan nama
panggilan. Misalnya nama Ketua Karang Taruna. Nama aslinya adalah Riyadi, tapi
beken dengan panggilan Bayan. Jadi ketika ada tugas dari Pak Lurah untuk
memanggil Bayan, aku pusing tujuh keliling karena di daftar kontak dalam
ponselku hanya ada nama Riyadi.
Begitu
juga ibu-ibu yang menggunakan nama suami. Ada yang lebih terkenal dengan nama
suami daripada nama aslinya. Ketika ada undangan atas nama Anik, aku bingung
harus mengirim ke mana. Ternyata eh ternyata, Bu Anik ini lebih terkenal dengan
nama Bu Mahmudi.
Bagiku,
menghapalkan nama adalah salah satu keribetan yang mau tak mau harus kuhadapi
ketika berhubungan dengan orang lain. Bukan kali ini saja aku menghadapi
kejadian memalukan karena aku lupa nama seseorang. Bukan sekali-dua kali aku
bertemu seseorang di jalan, kami bertukar sapa seakan-akan sangat akrab,
padahal aku membatin, “Ampuuunnn… siapa lagi ini namanya…”
Andai
saja ada lingkaran halo di sekeliling kepala setiap orang, bertuliskan nama
masing-masing. Tak perlu panjang-panjang, cukup nama panggilan mereka saja.
Urusan nama ini tampaknya sepele, tapi
sesungguhnya tidak. Semua orang kiranya senang bila seseorang yang sudah lama
tak kita jumpai ternyata masih ingat nama kita. Kita juga menghargai seseorang
dengan memanggil namanya. Tidak ada yang
suka dipanggil, “Hei, kamu, sini!” atau mengganti panggilan seseorang dengan
panggilan lain yang bernada menghina, seperti “Halo, Doweh!”
Oh,
sebelum lupa aku ingin berpesan: Kepada Pembaca yang merasa pernah tak sengaja
bertemu kenalan lama, namun tak disapa, mari berpikir positif saja. Mungkin si
kenalan masih ingat wajah, tapi lupa nama Anda!
Kasihanilah
si Kenalan. Siapa tahu dia pelupa seperti saya.
Tulisan ini sudah dimuat di peranperempuan.id dan bisa dibaca di sini
Halo mbk, saya dapat linknya dari komunitas blogger malang
BalasHapusIni blog personal ya mbk? Bagus mbk, isinya share pngalaman...
Sebenernya topik ini setelah baca ceritanya ada unsur lucu, kayak yg manggil sekretaris pkk bu nanik itu...tapi belum dikemas secara lucu.. mungkin akan tambah menarik kalau dikemas secara lucu... opini pribadi sih... hehe
Hehehehe... terima kasih sarannya mas...
HapusPengennya seh digali kelucuannya, apa daya saya nggak bisa ngelucu... malah garing jadinya...
Sekali lagi terima kasih sarannya.
Terima kasih juga sudah mampir.