Sabtu, 25 November 2017

[IT'S MY LIFE] LUPA NAMA




Aku selalu ingat wajah orang, tapi biasanya aku lupa siapa nama orang itu.


               

Di tempat kerjaku yang lama, urusan lupa nama ini jarang jadi masalah karena aku lebih banyak mengolah data. Kalaupun menerima konsultasi, orangnya hanya itu-itu saja dan sudah bertahun-tahun kami saling mengenal.


Urusan lupa nama jadi masalah ketika aku bekerja di kelurahan. Mendadak aku harus bertemu banyak orang yang harus kuhapalkan nama dan perannya di masyarakat. Ada modin. Ada pengurus LPMK. Ada pengurus PKK. Ada Ketua Pokja. Ada Ketua Karang Taruna.

Ribet? Tentu saja!


Pusing? Jelas!


Bikin deg-degan? Iya!


Tapi dasar aku, tetap saja ada kejadian aku salah panggil. 


Selama berminggu-minggu aku memanggil nama Sekretaris PKK dengan nama Bu Nanik, tanpa sadar bahwa namanya adalah Mbak Ning. Pantas saja bila kupanggil, Ibu Sekretaris PKK tak pernah menyahut. Kalaupun menyahut, pandangan matanya agak gimanaaaa… gitu. 


Sampai sekarang aku juga belum terlalu hapal nama-nama pengurus LPMK. Yang mana Pak WIkan, Pak Aziz, Pak Ruri, Pak Gani, aku hanya menebak-nebak saja, sambil berdoa tidak salah panggil.


Celakanya, tak semua orang menggunakan nama asli mereka. Ada yang lebih terkenal dengan nama panggilan. Misalnya nama Ketua Karang Taruna. Nama aslinya adalah Riyadi, tapi beken dengan panggilan Bayan. Jadi ketika ada tugas dari Pak Lurah untuk memanggil Bayan, aku pusing tujuh keliling karena di daftar kontak dalam ponselku hanya ada nama Riyadi. 


Begitu juga ibu-ibu yang menggunakan nama suami. Ada yang lebih terkenal dengan nama suami daripada nama aslinya. Ketika ada undangan atas nama Anik, aku bingung harus mengirim ke mana. Ternyata eh ternyata, Bu Anik ini lebih terkenal dengan nama Bu Mahmudi. 


Bagiku, menghapalkan nama adalah salah satu keribetan yang mau tak mau harus kuhadapi ketika berhubungan dengan orang lain. Bukan kali ini saja aku menghadapi kejadian memalukan karena aku lupa nama seseorang. Bukan sekali-dua kali aku bertemu seseorang di jalan, kami bertukar sapa seakan-akan sangat akrab, padahal aku membatin, “Ampuuunnn… siapa lagi ini namanya…”


Andai saja ada lingkaran halo di sekeliling kepala setiap orang, bertuliskan nama masing-masing. Tak perlu panjang-panjang, cukup nama panggilan mereka saja. 


Urusan nama ini tampaknya sepele, tapi sesungguhnya tidak. Semua orang kiranya senang bila seseorang yang sudah lama tak kita jumpai ternyata masih ingat nama kita. Kita juga menghargai seseorang dengan memanggil namanya. Tidak  ada yang suka dipanggil, “Hei, kamu, sini!” atau mengganti panggilan seseorang dengan panggilan lain yang bernada menghina, seperti “Halo, Doweh!”


Oh, sebelum lupa aku ingin berpesan: Kepada Pembaca yang merasa pernah tak sengaja bertemu kenalan lama, namun tak disapa, mari berpikir positif saja. Mungkin si kenalan masih ingat wajah, tapi lupa nama Anda! 


Kasihanilah si Kenalan. Siapa tahu dia pelupa seperti saya. 



Tulisan ini sudah dimuat di peranperempuan.id dan bisa dibaca di sini





2 komentar:

  1. Halo mbk, saya dapat linknya dari komunitas blogger malang
    Ini blog personal ya mbk? Bagus mbk, isinya share pngalaman...
    Sebenernya topik ini setelah baca ceritanya ada unsur lucu, kayak yg manggil sekretaris pkk bu nanik itu...tapi belum dikemas secara lucu.. mungkin akan tambah menarik kalau dikemas secara lucu... opini pribadi sih... hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe... terima kasih sarannya mas...
      Pengennya seh digali kelucuannya, apa daya saya nggak bisa ngelucu... malah garing jadinya...

      Sekali lagi terima kasih sarannya.
      Terima kasih juga sudah mampir.

      Hapus