Minggu, 10 Desember 2017

[IT'S MY LIFE] GAGAP



Aku gagap menulis fiksi.


Paling tidak, saat ini aku gagap menulis fiksi.

Sebagai penulis amatiran yang berangkat dari genre fiksi, gagap ini sangat mengenaskan. Kemampuanku berimajinasi menurun drastis. Kata-kata seperti begitu saja meninggalkanku. Aku masih bisa merasa, tapi aku kehilangan kata-kata untuk melukiskan apa yang yang aku rasakan. Aku jadi bisa memahami kata orang: “kata jadi kehilangan makna”, karena itulah yang aku rasakan.

Jangan salah, aku masih bisa melahirkan ide tulisan, tapi semua macet di tengah jalan. Atau kalaupun jadi, tidak sesuai yang aku harapkan. Buatku, ini sangat, sangat, sangat mengenaskan. Lebih mengenaskan daripada jerawat besar di ujung hidung yang tak kunjung hilang walaupun sudah dipencet pakai pinset.

Oh, jangan kuatir, aku tahu kenapa aku jadi seperti ini. Aku sudah cukup sering pura-pura jadi psikolog untuk diri sendiri (walaupun tak berhasil). Jatuh cinta pada Januari 2016, menjalani fluktuasi rasa bagaikan roller-coaster sepanjang 2016 dan 2017, patah hati habis-habisan di bulan-bulan penghujung 2017, hingga pemblokiran semua jalur komunikasiku oleh si dia pada tanggal 4 Desember kemarin adalah penyebabnya.

Ya, ya, ya. Kalau ingin tertawa, tertawalah. Ingin sinis? Sinislah. Memang tak masuk akal bila perempuan seusiaku, yang sudah mengalami begitu banyak hal, bisa termehek-mehek jatuh cinta (dan patah hati) separah ini. Tapi Cupid memang kurang ajar, jadi mau apa lagi?

Seperti orang yang patah kaki belajar berjalan lagi, atau seperti orang yang lengannya patah berusaha makan sendiri, saat ini aku juga sedang belajar. Belajar merasa lagi. Belajar menerjemahkan rasa menjadi kata lagi.

Karena itu aku jadi lebih sering mengisi kolom “It’s My Life” di blogku. Sebenarnya bukan ini yang kurencanakan dulu, ketika mulai membuat blog pribadi. Dulu aku membayangkan akan lebih sering menulis fiksi daripada bercerita tentang kehidupan pribadiku. Aku bukan selebriti, jadi apa menariknya hidupku? Namun karena sejak awal aku meniatkan menulis untuk menjaga kewarasanku, juga dalam rangka belajar menulis lagi, maka jadilah saat ini aku lebih sering cuap-cuap di kolom “It’s My Life”.

Hanya dalam hitungan hari kita akan memasuki tahun 2018. Semoga di tahun 2018 aku sudah tidak mengalami masa paceklik fiksi. Semoga aku bisa menulis fiksi lagi. Andai saja aku bisa membuat Anda, pembaca sekalian, memahami apa yang aku rasakan saat ini. Aku tidak bermaksud cengeng, atau mengiba-iba. Seperti kataku tadi, aku menulis untuk menjaga kewarasanku. Karena itu artikel ini lahir: supaya aku tetap waras dan (semoga) bisa menulis fiksi lagi.

Demikian artikel ini. Semua kekurangan adalah kekuranganku sendiri. Semua kelebihan semata adalah milikNya lewat apresiasi Anda, pembaca sekalian.

Terima kasih, Pembaca. From the bottom of my heart, I salute you.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar