“Lagi?” desis Anya, takut ketahuan.
Anita menghela napas. Mawar merah dalam genggamannya menguarkan wangi. Mawar yang selalu muncul di mejanya setiap kali tulisannya dimuat di media.
“Mampuslah kau kalau Bos Eddy tahu kamu masih menghabiskan waktumu untuk menulis. Apalagi sampai dapat kiriman mawar seperti ini tiap kali tulisanmu dimuat.”
“Padahal aku sudah pakai nama samaran…”
“Kira-kira siapa yang tahu kalau kamu penulis, bahkan sampai tahu bahwa tulisanmu dimuat?”
Anita menggeleng lemah.
***
Perlahan, Boss Eddy menutup tirai jendela ruangannya. Anita dan Anya masih berbincang serius di luar sana.
Ia terkekeh melihat mawar dalam genggaman Anita.
Aku tahu semua tentangmu, Cantik...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar