Sabtu, 03 Oktober 2020

[FLASH FICTION] AFTER PARTY

 

 


 

“Kopinya satu, Mbah.”

 

           Aku mengenali lelaki yang datang ke warungku itu. Salah satu wartawan yang meliput keberhasilan kampung kami meraih gelar “Teraman Se-Kabupaten.”

           “Saya salut Mbah, kampung ini bisa aman. Konon kabarnya di sini sarang preman.”

           Aku mengangguk.

           “Apakah karena sering didatangi polisi?”

           “Ini kampung terpencil Nak, tidak menarik buat polisi.”

           “Kok bisa aman, Mbah?”

           “Warga sendiri yang akhirnya bertindak.”

           Ia tak tahu, akulah yang menjual oplosan beracun pada para bajingan itu pada pesta mereka yang terakhir. Seminggu sebelumnya, mereka memukuliku sebelum merampokku habis-habisan.

            Mereka mati satu demi satu selang beberapa hari.

            Aku tersenyum. “Kopinya tambah, Nak?”

 

Sumber gambar:  https://www.pinterest.com.au/pin/838232549373814981/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar