Riki berdiri menjulang di atas tubuhnya, menatapnya tanpa ekspresi.
Arini terengah, terduduk di atas matras. Kepalanya terasa berputar.
Sekujur tubuhnya menjerit kesakitan. Lengannya. Kakinya. Punggungnya. Bahunya. Rahangnya berdenyut nyeri, tempat tinju Riki baru saja bersarang telak.
Rasa sakit begitu rupa hingga menumpulkan rasa sakit dalam hati dan pikirannya.
Kesakitan yang membuat pikirannya terasa jernih. Terang-benderang.
Pertama kalinya sejak didengarnya lelaki yang dikasihinya ingin Arini mati saja.
Ia tersenyum.
“Sudah kubilang jangan pukul wajahku. Aku perlu jaga image.”
Riki mengangkat bahu. “Kalaupun memar, kan tertutup jilbab.”
Susah-payah Arini bangkit.
“Lanjut?” tanya Riki.
Arini mengangkat kepalan tinjunya, menolak menyerah. “Lanjut.”
Kredit gambar : katherinefranklin dari Pixabay https://pixabay.com/id/photos/tinju-tinju-untuk-kebugaran-4890353/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar