Rabu, 08 Maret 2017

[IT'S MY LIFE] CATATAN DEMO SOPIR MIKROLET HARI KETIGA

Hari ini (8 Maret 2017) genap tiga hari para sopir Mikrolet mogok narik karena memprotes kehadiran taksi Online.



Daerah seputar Balaikota Malang, tempatku bekerja, sudah tidak semencekam hari pertama dan kedua, walaupun Polisi dan Satuan Polisi Pamong Praja masih berjaga-jaga.

Jangan salah, aku tak hendak membahas demo sopir Mikrolet. Aku tak tertarik mendiskusikan kenapa masyarakat beralih ke taksi Online.

Dua hari terakhir ini, aku seperti diingatkan kembali kenapa aku mencintai Kota Malang. Kenapa, walaupun aku sering menggerundel karena segala keruwetan yang ada di sini, Kota Malang masih (dan selalu) menjadi pilihan pertama di hatiku.

Dua hari terakhir ini aku melihat betapa besar hatinya rekan-rekan sesama warga kota meringankan kesulitan para pengguna Mikrolet yang telantar di pinggir jalan, menunggu mikrolet yang tak kunjung datang. Pedagang yang hendak menuju pasar. Ibu-ibu. Anak sekolah. Mahasiswa.

Pemerintah Kota Malang, Polri, Angkatan Darat, dan organisasi kemasyarakatan lain menyediakan angkutan, namun jumlahnya terbatas sehingga tak semua orang yang selama ini menggunakan mikrolet bisa terangkut.


Sumber : akun Haris Sugiarto (Grup Facebook Komunitas Peduli Malang, diunduh tanggal 8 Maret 2017 jam 13.57).

Melihat itu semua, para pengendara motor dan pengemudi kendaraan roda empat (bahkan belakangan beberapa pengemudi bis) berkoordinasi, menyediakan diri menjadi sukarelawan, mengangkut orang-orang tersebut bila kebetulan searah. Gratis. Banyak yang akhirnya mengantarkan murid-murid sekolah dengan selamat hingga depan gerbang sekolah atau hingga sampai di rumah.


Sumber: akun Ishak Solambela (Grup Facebook Komunitas Peduli Malang, diunduh tanggal 8 Maret 2017 jam 13.58)


Para pengemudi berkumpul dan mendaftarkan kendaraannya sebagai sukarelawan (sumber: akun Gandhi Hell My, dari Grup Facebook Komunitas Peduli Malang, diunduh tanggal 8 Maret 2017 jam 13.59).

Komentar-komentar penuh rasa terima kasih dari orang-orang yang merasa terbantu bermunculan bak jamur di musim hujan, memenuhi timeline grup Facebook yang kuikuti. Orang tua murid yang anaknya diantarkan dengan selamat. Anak-anak yang orang tua sepuhnya diantarkan hingga tujuan. Orang-orang yang tak berdaya karena ketiadaan mikrolet yang beroperasi, namun tak menyangka mendapat bantuan.

Sebagian besar orang-orang yang terbantu itu hanya bisa berterima kasih dan mendoakan keselamatan para relawan. Tapi adakah doa yang lebih didengar Tuhan selain doa orang-orang yang teraniaya?

Hari ini, sebuah tempat makan menawarkan makan siang gratis bagi para relawan. Syaratnya hanya dengan menunjukkan atribut relawan. Itu saja. Tidak pakai syarat yang ribet. Pemilik tempat makan hanya berkeinginan untuk ikut berkontribusi membantu orang-orang yang sukarela membantu meringankan beban sesamanya.

Seperti api yang membakar padang rumput kering, gerakan ini menjadi viral. Makin banyak orang yang menjadi sukarelawan. Bukan imbalan yang dicari, hanya keinginan untuk membantu. Sebagaimana kebaikan lain, virus kebaikan yang ini pun kiranya akan bermutasi dan melahirkan kebaikan-kebaikan baru yang tak disangka-sangka.

Sampai kapan?

Seorang sukarelawan menjawab dalam harian Malang Pos edisi 8 Maret 2017, “Sampai aksi mogok pengemudi angkutan kota berhenti dan situasi kembali normal.”

Tiga hari ini aku diingatkan kembali bahwa masih banyak orang baik. Aku diingatkan lagi bahwa di balik wajah-wajah keras tanpa ekspresi dan tak peduli yang kutemui setiap hari tersimpan hati manusia yang bisa jadi lebih lembut dari kapas. Seorang rekan kerjaku yang ikut membaca ketika draft tulisan ini disusun, mengingatkanku,  "Don't judge a book by its cover!"

Tentu saja.

Orang Malang memang unik.

Aku bangga menjadi bagian dari keunikan itu.





4 komentar:

  1. Arema itu bila hatinya tersentuh jiwa sosialnya sangat tinggi, tapi bila terluka hatinya, ganas seperti singa

    BalasHapus
  2. Dungaren nulis kabar kisah nyata mbak, biasanya kisah fiksi misteri,

    BalasHapus
  3. Good post mbak, semoga semangat ini selalu ada, tidak nunggu mogok baru muncul sukarelawan

    BalasHapus
  4. Jiwa sosial yang patut diapresiasi!

    BalasHapus