Rendi meludahkan liurnya. Merah,
anyir. Rasa darah. Sial, lidahnya tergigit ketika tinju Ayong mendarat di
rahangnya.
Kepalanya serasa berputar, Perut dan punggungnya, tempat tendangan
Ayong bersarang, berdenyut nyeri. Sambil mengerang, ia bertumpu pada sikunya,
berusaha bangkit.
Ayong berjongkok mengamatinya.
“Kenapa?” bisik Rendi serak.
Ayong tersenyum. “Bos kirim salam. Ia tidak suka kau
memacari mantannya.”
“Bajingan sombong…”
Rendi terkekeh, lalu terbatuk-batuk. “Untung kau yang mengirim salam itu.”
“Kalau orang lain yang dikirim, kau pasti sudah mampus.”
Tangan Ayong terulur, membantu Rendi berdiri. “Kau tak
apa?”
“Aku baik-baik
saja.”
Ayong memapah sahabatnya sejak kecil itu. “Ayo, kuantar
kau pulang.”
Sahabat..........
BalasHapushehehehe...
Hapusterima kasih singgahnya, mbak...
Ealah...ternyata titipan boss...
BalasHapusihihihihihihi...
Hapusterima kasih sudah mampir, mbak...
Uwh.......... sy suka bngt crita ini! Salam kenal lg yah Tante............
BalasHapus(put)
hai put...
Hapuseh, ini bener puput kan ???
tempo hari aku salah nyapa soalnya...
kirain puput, ternyata si papah...
terima kasih udah singgah ya nduk...
tu si papah diwanti-wanti jaga kesehatan, yaaa...
Ckckckck ternyata sahabat. Keren bu, saya tunggu FF selanjutnya ^^
BalasHapussiap, mbak...
BalasHapusterima kasih sudah singgah... :)
Mau lagiii...
BalasHapussiyaaaaappp...
Hapus