“Tidak ada apa-apa di sini,” gerutu Billy Tomkins.
Dibantingnya pintu lemari hingga bergetar. Lantai dipenuhi tumpukan pakaian dan
kertas-kertas yang berserakan. Kasur robek di sana-sini, penuh bekas tusukan
pisau. Isinya berhamburan ke mana-mana. “Tidak ada uang, tidak ada perhiasan,
tidak ada emas.”
Ia berdiri di hadapan Jeb Moore. “Aku ingin uangku, Jeb. Ada
harta atau tidak, kau tetap harus membayarku. Jasaku tidak gratis.”
Jeb Moore meludah dengan jijik. “Membayarmu? Buat apa? Aku tidak memintamu membantuku di sini. Kau saja yang
mengekorku karena ngiler mendengar
kata “harta”. Dasar serakah!”
Billy tidak bergeming. “Aku ingin uangku, Jeb,” ulangnya
dengan nada mengancam.
Belum sempat Jed membalas, Tom Gage menghambur masuk sambil
terengah-engah. “Bobby Dunkirk tidak ada di kamar! Ia kabur!”
Billy dan Ted berpandangan khawatir. “Cari di sekeliling
rumah!” perintah Billy.
Segera saja mereka mulai mencari. Tak ada bagian rumah yang
luput diperiksa. Kandang, gudang, dan lumbung juga demikian. Semak-semak bunga
di halaman pun tak terlewat.
“Bobby Dunkirk tidak ada di sini,” renung Jeb Moore.
Billy Tomkins menatapnya cemas. “Mungkinkah ia sembunyi di
ladang?”
Jeb menggeleng. “Aku khawatir dia sedang mencari bantuan.
Anak itu tidak akan tinggal diam dan bersembunyi.”
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Tom Gage. Ia mulai
panik. “Aku tak mau ketahuan! Aku tak ngin dipenjara lagi! Jeb, kita harus
berbuat sesuatu! Kalau tidak, aku pergi dari sini!”
Jeb dan Billy berpandangan. Sebelum ia sadar apa yang
terjadi, Tom Gage sudah tersungkur di tanah. Pandangannya berkunang-kunang.
Billy Tomkins berdiri di atasnya sambil menodongkan pistol. “Kau tidak pergi ke
mana-mana, Tom Gage. Ikut kami atau mati. Itu saja pilihanmu.”
Namun kali ini Tom menolak ditakut-takuti. Dengan sempoyongan
ia bangkit dan menantang Billy. “Terserah apa katamu, Billy. Aku pergi. Kalian
urus saja urusan kalian sendiri. Seperti kataku tadi, aku tidak mau kembali ke
penjara.”
Sambil meraung marah Billy menerjang Tom. Sejenak mereka
bergumul di halaman. Tak berapa lama, perkelahian selesai. Tom berbaring tak
bergerak di tanah.
Saat itulah suara letusan pertama terdengar membahana,
membelah kesunyian malam.
“Apa itu tadi? Siapa yang menembak?” Billy Tomkins
belingsatan.
“O’Shea,” geram Jeb Moore. “Belum mati, rupanya.”
“Ayo menyingkir! Kita berlindung dalam rumah saja!” sahut
Billy sambil setengah menyeret Jeb Moore.
“Ayo Jeb, aku tak mau mati di sini!”
Pokoke nunggu lanjutane teruuusss...
BalasHapusMerrrdekaaa!!!
*slendro*
*durung sarapan*
Merdeka !!!
BalasHapusaku pengen sarapan soto... #eh
eh jeng, gara-gara artikel gado-gado, aku jadi mimpi dikirimi bumbu gado-gadomu, lho...
mupeeeeeennngggg...
eh, tapi matur nuwun dah mampir yaaa...
Astagaaa... Gawe dewe, tak'japri resepe. Guampang kok...
HapusWau......terlambat mampir tapi aku terus mantengin hlo mba Dani :-)
BalasHapusnggih, matur nuwun rawuhe, mbak...
Hapusmonggo nulis lagi...
aku juga mantengin blog njenengan lho...