Hai. Kami senang kalian kunjungi.
Sejak lahir, kami tinggal di rumah ini. Kami senasib. Sama-sama
anak yang ditinggalkan. Sama-sama tak beribu. Kami tak pernah mengenal
perempuan yang melahirkan kami. Karena itu, maaf, kami suka norak bila ada
perempuan dewasa yang datang.
Ayah? Kami tak peduli siapa ayah kami.
Kami hanya rindu Ibu. Sakit rasanya melihat anak-anak seusia
kami nyaman dalam pelukan ibu masing-masing.
“Pemirsa, sebelum dibiarkan terbengkalai, rumah ini pernah
menjadi klinik aborsi ilegal. Dalam episode Tantangan Nyali kali ini, para
peserta akan menguji keberanian mereka...”
Apakah kalian datang untuk menjemput kami?
Kaukah ibuku?
Maukah kau menjadi ibuku?
good post mbak, kasihan ya
BalasHapusterima kasih, pak...
Hapusiya nih...
entah kenapa sejak semalam "dialog" itu muncul terus di kepalaku...
Kok jd berasa nggreges bacanya mba.. Singunen begitu.
BalasHapusKok jd berasa nggreges bacanya mba.. Singunen begitu.
BalasHapuslha njenengan aja yang baca ngerasanya gitu.
Hapusapalagi yang nulis, mas...
Binun mau komen gimana 😢 Suediiih... 😥😥😥
BalasHapusudah mampir aja, aku dah seneng kok jeng...
Hapussuwun yooo...
keren-keren flash fiksi nya mbakyu
BalasHapussalam kenal...
Hapusterima kasih, pak...
terima kasih juga mampirnya.