#FiksiHorordanMisteri
Perempuan sepuh itu menghela napas. Entahlah. Perasaannya berkata,
tahun depan ia takkan lagi bisa datang ke tempat ini seperti sebelumnya. Perempatan
jalan tempat terakhir kali mereka bertemu.
Kuntum mawar merah dan putih dalam anyaman janur kuning yang
diletakkannya di tengah perempatan jalan menguarkan wangi.
Selamat ulang tahun, Mas.
Terima kasih. Suara
kekasihnya larut dalam desau angin.
Aku merindukanmu.
Aku juga. Kekasihnya
kembali berbisik.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kenangan tentang tempat itu
melandanya bagai air bah. Hari itu ulang tahun kekasihnya. Mestinya menjadi
hari pernikahan mereka. Namun panggilan dari garis depan pertempuran membawa lelaki itu pergi jauh. Hingga kini
belum kembali.
Ia tergugu. Ingatannya semakin berkurang. Bila tahun depan
ia sudah tak sanggup datang lagi, masihkah ia bisa mengingat lelaki yang
dicintainya itu?
Cucu-keponakannya menyentuh lengannya lembut. “Nenek tidak
apa-apa?”
Ia menggeleng. “Mari kita pulang,” ajaknya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, sudut matanya menangkap
sosok kekasihnya, gagah dalam jas putih kebanggaannya, mengawasinya dari seberang
jalan.
Ia tersenyum kecil. Sampai jumpa tahun depan, Mas.
Lelaki itu balas tersenyum. Kekasihnya itu menggeleng. Bukan tahun depan. Aku akan menjemputmu nanti malam,
jawabnya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Event Fiksi Horor dan Misteri Grup Fiksiana Community.
good post mbak
BalasHapusterima kasih, pak.
BalasHapusterima kasih juga singgahnya...
Waaaaaakkkkk mau dijemput cepat ternyata, hiiiiiii serem Bu :D
BalasHapuslha kasian lho, mbak...
BalasHapusterima kasih mampirnya, yaaa...