“Am I mad? I am always mad. I like madness,” katanya sambil
menyungging senyum.
“Aku tak percaya,” cibirku, “kamu cuma orang waras yang
pura-pura edan.”
Wajah tampannya merona merah. Marah. “Kaubilang aku waras?
Sudah bosan hidup, ya?”
Aku tertawa manis. “Kereta akan melintas lima menit lagi.
Kalau kamu berani melompati rel ini ketika kereta lewat, kutarik ucapanku.”
Matanya berkilau. Ia tersenyum padaku seraya mulai berlari,
siap melompat ketika kereta itu lewat.
Kubalas senyumnya, lalu kutolakkan tubuhnya dari atas rel,
sebelum kusambut kereta dengan lengan terbuka.
Takkan kubiarkan kau mati, Sayang!
Wajahnya adalah hal indah terakhir yang kulihat sebelum
semua gelap.
Untuk F, always my inspiration.
Ora sido komen wes... 😁😁😁
BalasHapus:) :) :)
Hapusmatur nuwun mampire yo jeng...
Wuihh....
BalasHapuskematian yang indah
:) :) :)
Hapusterima kasih sudah mampir, pak...
hihihihihi...
BalasHapusterima kasih sudah mampir...