#FiksiHorordanMisteri
“Nad, besok aku titip Amira di rumahmu, ya… Sekolah tutup
beberapa hari, katanya ada inspeksi mendadak atau apalah aku nggak ngerti… Hari
ini sih dia ikut aku ke galeri… Enggak, aku nggak bisa bolos soalnya ada
kiriman datang… Amira! Jangan pegang-pegang! Awas, gucinya nanti jatuh!... Sori
Nad, aku panik, nih!”
Amira menatap ibunya.
Amanda mendesah. “Amira jangan main dekat-dekat pajangan,
ya.”
“Amira boleh main di mana, Bunda?”
Amanda memandang berkeliling. Galeri nyaris penuh sesak,
kecuali sebuah sudut, dekat cermin besar yang bersandar di dinding. “Di sana
saja,” tunjuk Amanda. “Tapi jangan menyender di cermin, nanti cerminnya roboh.”
Bocah lima tahun itu menatap bayangannya di cermin. Gadis
kecil yang manis dengan pita kuning tersemat di rambutnya yang dikuncir ekor
kuda itu bertepuk tangan kegirangan. “Asik! Asik!”
Amanda tertawa, lalu perhatiannya kembali pada ponselnya. Nadia
masih menunggu di seberang sana.
*****
Entah sudah jam berapa sekarang. Langit di luar galeri sudah
menggelap.
Amanda meregangkan tubuh sambil menguap. Ia menyukai
ketenangan galeri saat senja tiba…
Tenang? Astaga, mana Amira?
“Amira? Amira! Kamu di mana, Nak?”
Tak ada jawaban.
Tidak ada siapa-siapa di sudut tempat Amira bermain tadi.
Dalam cermin besar yang bersandar di dinding, sepasang gadis
kecil yang manis dengan pita kuning tersemat di rambut yang dikuncir ekor kuda
tertawa riang.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Event Fiksi Horor dan Misteri Grup Fiksiana Community.
Galeri barang antique/kuno, auranya memang " beda "....Keren euy...
BalasHapus