Jumat, 04 Desember 2015

PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 4

Sebelumnya di PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 3




SAMUDRA
Laki-laki berpenampilan halus itu duduk dengan canggung. Mas Agung namanya, pemilik wedding organizer yang direkomendasikan orang tua Atikah untuk menangani resepsi pernikahan kami. Nama yang maskulin, walaupun aku tak bisa menangkap maskulinitas itu dalam penampilannya yang serba merah muda, suaranya yang lembut, dan kukunya yang termanikur rapi.


Hari ini aku mengajak Mama bertemu dengan Mas Agung. Map kulit miliknya terbuka di hadapan kami. Isinya terserak di atas meja. Sudah beberapa saat Mas Agung berusaha membuat Mama tertarik pada lembar-lembar konsep resepsi pernikahan dan contoh kartu undangan yang dibawanya, tapi sejauh ini Mama hanya memandanginya tajam. Aku merasa geli sekaligus kasihan melihatnya.

“Mungkin ada yang kurang berkenan, Bu?” tanyanya takut-takut. “Sebenarnya kami memang lebih suka bila orang tua pihak calon pengantin pria lebih aktif terlibat dalam perencanaan resepsi pernikahan, Bu. Supaya sama-sama enak, tidak ada salah paham, dan keinginan masing-masing keluarga bisa terwujud. Kalau hanya orang tua calon pengantin wanita saja yang aktif, seringkali di belakang hari muncul gerundelan dari keluarga pengantin pria karena merasa tidak dilibatkan,” celoteh Mas Agung panjang-lebar.

“Saya keberatan bila nama ayah Samudra dicantumkan dalam kartu undangan. Cukup nama saya saja yang tertera sebagai orang tua pengantin pria,” sahut Mama tandas.

Mas Agung hanya bengong. “Hanya nama Ibu saja yang tertera di kartu undangan?” tanyanya menegaskan.

“Iya. Nama ayah tidak usah ditulis. Sekalian saya minta konsep acara yang tidak menghadirkan orang tua mempelai. Bisa tidak?”

“Maksudnya?”

“Ya itu tadi... acara pernikahan, tapi orang tua mempelai tidak usah muncul.”

“Ma, tidak bisa begitu, dong! Tidak enak sama orang tua Atikah. Mereka pasti ingin mendampingi Atikah di pelaminan. Dan kalau orang tua Atikah ada, tapi Mama tidak ada, pasti aneh jadinya. Bisa-bisa dikira Mama tidak merestui pernikahan kami,” bujukku sambil mendorong tumpukan kertas itu ke hadapan Mama sebelum Mas Agung sempat bersuara. “Cobalah lihat dulu susunan acara dari Mas Agung ini. Rasanya sudah cukup bagus, kok.”

“Oke... kalau begitu saya minta disusunkan konsep acara pernikahan yang tidak memalukan,” ralat Mama sambil mendelik menatapku, “di mana ayah mempelai pria tidak usah muncul.”

Pelan-pelan raut wajah Mas Agung berubah. Ia paham sekarang. “Oh, begitu... Bagaimana bila konsepnya seperti ini, Bu?” Sebuah pena muncul secara ajaib di tangannya, lalu ia segera sibuk mencoret-coret salah satu lembaran kertas berisi daftar acara.

Aku menghela napas tak sabar. Astaga... bukan ini yang kuinginkan!


15 komentar:

  1. Wah, ibunya mas samudra masih belum bisa lepas dari dendam masa lalu ya? Cerita menarik Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gagal muv on... hehehehehehehe...

      mbak, komennya yg di bawah ini, bukan aku yg menghapus lho yaaa...
      kok ada tulisannya "Komentar ini telah dihapus oleh pengarang"

      atau mungkin aku yg masih awam dengan dunia per-blog-an sehingga salah pencet ???

      tapi rasa2nya saya belum buka posting ini sejak tayang tadi pagi.

      walau bagaimanapun, kalo saya ada salah, saya minta maap yaaa...

      dan terima kasih untuk mampirnya.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Nglesot nok sebelahe mba Lis. Nunggu terusannya bu Dani ....

      Hapus
    2. terima kasih... *respon standar tapi tulus* :D :D :D

      Hapus
    3. buat mbak nita, salam kenal...

      terima kasih sudah singgah.

      Hapus
  4. Jangan2 papa tiri Atikah papanya Sam yaa?
    mbak Arteem.. Iyakah? wadoww..

    BalasHapus
    Balasan
    1. papa tiri ???
      koyoke gak ono papa tiri deh mbaaaakkk... :D :D :D

      tapi matur nuwun dah singgah yaaaa....

      Hapus
  5. Menunggu dengan sabar sesabar sabarnya#pasang muka melas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. pukpuk mbak dyah rina...

      terima kasih sudah mampir... :D

      Hapus
  6. Hari ini mengintip k sini trnyt blm ada kelanjutannya :-)
    Sabar menunggu ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahaha...
      belum, mbak...

      terima kasih atas kesabarannya menunggu... :D

      Hapus