RATRI
“Hai.”
Cahyo mendongak menatapku ketika aku
mendekati meja kami. Matanya menatapku lekat-lekat dengan pandangan tak
tertebak. Secangkir cappuccino latte
yang sudah tidak lagi menguarkan panas tak tersentuh di hadapannya. Smartphone-nya tergeletak saja di meja. Aku
mengernyitkan kening. Tak biasanya aku mendapati Cahyo seperti ini. Biasanya bila
datang lebih dulu, ia melewatkan waktu sambil asyik membaca berita lewat smartphone-nya seraya menungguku. Ketika aku
datang, biasanya cappuccino latte kesukaannya
itu sudah tinggal separuh di cangkirnya, dan dia siap memesan secangkir lagi.
Kami tetap diam bahkan setelah jus jeruk
segar kesukaanku tiba. Diamnya membuatku tak nyaman. Biasanya saat ini dia
sudah sibuk bercerita dan aku asyik mendengarkan.
“Ada apa?” tanyaku sambil menyentuh
lengannya.
Cahyo menghela napas. “Semalam Sam datang ke kantorku. Dia
menduga kamu butuh ditemani saat ia menikah nanti.”
“Sam? Ke kantormu dan bilang aku butuh
ditemani?” ulangku tak percaya. “Maksudnya kamu
yang menemani aku?”
Cahyo mengangguk.
“Untuk apa? Aku sudah bilang padanya
bahwa aku tak akan datang bila papanya datang.”
“Itu dia. Dia menduga kamu enggan datang karena sampai
sekarang kamu belum menikah lagi, sementara papanya sudah.”
Aku geleng-geleng kepala. Entah apa lagi
yang ada di pikiran Sam. “Padahal bukan itu alasan aku ogah bertemu papanya.”
“Aku tahu. Itu yang aku katakan
padanya.”
Aku memberinya tatapan menyelidik. “Tapi
bukan itu yang bikin kamu jadi pendiam hari ini,” simpulku.
Cahyo mendehem sebelum menjawab. “Sam
ingin aku sungguh-sungguh menemanimu. Bukan sekedar mendampingimu pada
pernikahannya saja.”
“Maksudnya?”
Ia mendehem lagi. “Maksudnya aku menikahimu.
Menjadi ayahnya.”
Aku langsung melongo. Rasa panas
merambat hingga ujung kepalaku. Pasti wajahku semerah kepiting rebus.
“Tapi... tapi...”
Cahyo tersenyum menenangkan.
Digenggamnya tanganku. “Sam memintaku menikahimu, dan aku bersedia. Jadi kamu
mau ya, jadi istriku...”
“Aku tidak... eh, maksudku aku belum...”
Cahyo meremas lembut jemariku. “Tidak
perlu dijawab sekarang. Aku sudah bilang pada Sam, aku tidak akan memaksamu
kalau kamu belum mau menikah. Jadi jangan khawatir. Kapanpun kamu siap, apapun
jawabanmu, aku akan menunggu.”
Aku terdiam. Lama kemudian baru aku bisa
menemukan kata-kata.
“Aku tahu kau sayang pada Sam, tapi kamu
tak perlu mengorbankan diri menikahiku hanya demi acara pernikahannya. Masih
banyak perempuan lain yang lebih pantas jadi istrimu. Kamu tahu sendiri aku sudah hancur-hancuran
seperti ini. Apa yang kamu harapkan dariku?”
Cahyo mengangkat bahu. “Aku
sungguh-sungguh ingin kamu jadi
istriku. Bagiku,
ini
bukan pengorbanan. Aku berharap kamu bisa melihat dirimu sendiri
seperti aku melihatmu.”
“Apa yang kamu lihat?” tanyaku. Seketika
itu juga aku sadar telah membuat kesalahan besar ketika kutatap langsung
matanya. Hangat yang memancar dari sepasang mata itu sanggup melelehkan Kutub
Utara.
“Perempuan hebat yang layak diperjuangkan
dan dicintai.”
Selanjutnya di PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 10
Selanjutnya di PERNIKAHAN SAMUDRA bagian 10
So sweet. Meleleh deh. 😃 udah saya lirik2 nih... Malam minggu mudah-mudahan tayang. Syukur tayang beneran... 😊😊
BalasHapushehehehehehe...
Hapusterima kasih dah ditunggu...
hatiku juga ikut meleleh kok mbak... #halah
Jadi pengen lihat matanya Om Cahyo. Kira2 ikutan meleleh nggak ya?#eh salah fokus
BalasHapusKok dikit Mbak... Kurang nih#mulaiaddicted
hatiku yg meleleh, mbak... #eh #halah
Hapushehehehehehehehehe...
terima kasih mampirnya yaaa...
Paling senang dg quote terakhir :-)
BalasHapusMonggo ngeteh sambil leyeh2 sejenak mba Dani.....
saya nyumbang pisang kukus sama lumpia, mbak tiwi...
Hapushehehehehe...
terima kasih mampirnyaaa...
Akhirnya kumenemukanmu.... ;)
BalasHapusah iya... #ikutanmelelehhatiku...
Hapusterima kasih sudah hadir, mas...
Wow...#speechlesskenatatapannyaomCahyo
BalasHapusSamaaaaa...
HapusTerima kasih sudah mampir...
Maaf, ini siapa yaaa...
Samaaaaa...
HapusTerima kasih sudah mampir...
Maaf, ini siapa yaaa...
"Perempuan hebat yang layak diperjuangkan dan dicintai, wow so romantic."
BalasHapusHehehehehehehe...
HapusTerima kasih, mbak...
Terima kasih juga dah mampir...
Hehehehehehehe...
HapusTerima kasih, mbak...
Terima kasih juga dah mampir...
Terima kasih, Pak... :)
BalasHapus