Matahari makin rendah di ufuk
barat. Bobby tahu, banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya sebelum malam
tiba. Tidak ada waktu untuk ketakutan! Bobby buru-buru berbenah. Merapikan
peralatan. Mengunci kandang dan gudang. Memeriksa lampu-lampu minyak. Cepat,
cepat, semua harus selesai sebelum matahari terbenam!
Bulan purnama akhirnya terbit di
langit. Setelah mengunci pintu-pintu dan menyalakan lampu, Bobby makan malam
lebih awal. Walaupun ia merasa aman berada dalam rumah, rumah besar itu sunyi
sekali. Bunyi sekecil apapun kedengaran sangat keras di telinga Bobby. Ia jadi
ekstrawaspada.
Suara ketukan di pintu depan nyaris
membuat Bobby pingsan karena kaget. Siapa yang datang malam-malam begini? Suara
ketukan terdengar lagi, lebih keras dari sebelumnya. Bobby meraih sebuah balok
kayu dari samping tungku sebagai senjata. Dengan mengendap-endap ia maju ke
pintu depan. Debur jantungnya bertalu-talu di telinga.
Pintu diketuk lagi, kali ini
disertai panggilan, “Bobby! Bobby Dunkirk!”
Bobby nyaris menangis karena lega.
Itu Kepala Polisi O’Shea! Buru-buru dibukanya kunci pintu.
“Kenapa lama sekali? Aku sampai
khawatir,” sergah O’Shea tak sabar.
Bobby nyengir minta maaf.
Cepat-cepat disembunyikannya balok kayu di belakang punggungnya. Malu kalau
O’Shea tahu bahwa ia tadi ketakutan setengah mati.
“Aku mampir untuk memastikan kau
baik-baik saja. Aku akan berkeliling di dekat-dekat sini. Tidur sajalah. Aku
akan singgah lagi nanti untuk melihat-lihat.”
O’Shea menunggu sampai Bobby
mengunci pintu lagi dengan seksama, baru ia mengelilingi rumah itu sebelum
pergi. Bobby bisa melihat bayangannya sekilas-sekilas melintasi jendela.
Malam makin larut. Di suatu tempat
di tengah ladang, seekor burung hantu mendekut. Bobby berbaring dengan mata
terbuka lebar, menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Seharusnya ia tidak
resah begini… bukankah O’Shea sudah berjanji akan berjaga di luar? Tapi kenapa
ia sulit tidur?
Udara dalam kamar terasa gerah.
Bobby bangkit dan membuka jendela kamar. Angin malam yang sejuk menyegarkannya.
Musim panas akan segera berakhir, dan Bobby akan pulang ke rumah lagi. Ia
senang di sini, tapi ia rindu Ayah, Ibu, Charlie adiknya, dan Rex, anjing
gembala kesayangannya. Kalau ada Rex, ia pasti tidak khawatir. Rex selalu bisa
diandalkan untuk melindunginya.
Bobby bersandar di jendela,
memandangi ladang yang membentang di bawahnya. Sambil setengah melamun
dipandanginya seekor kunang-kunang yang berkelip-kelip di bawah pepohonan.
Aneh, biasanya kunang-kunang suka bergerombol. Tapi kenapa yang kelihatan hanya
satu, ya?
Tiba-tiba Bobby sadar. Itu bukan
kunang-kunang! Itu api rokok! Ada
yang merokok di bawah pohon!
Bobby menyipitkan mata, berusaha
melihat lebih jelas. Tapi bulan menghilang tertutup awan sehingga hamparan ladang
di bawah jendelanya sangat gelap. Aha! Siapa lagi yang suka merokok di tengah
malam kalau bukan si Hantu? Awas kau, kali ini akan kubuka kedokmu! kata Bobby
dalam hati.
Huuurrraaa!!! Pertamax!
BalasHapusLanjooot, Jeeeng... tariiik!
aseeeeeeeekkkk...
Hapustancaaaaaaappppp !!!!
tengkyu jeng... :D :D :D
Makin penisiriiin Mbak... Lanjut wis...
BalasHapusayok wes...
Hapusmatur nuwun, mbak...
Huwaaaa aq mo ikut carane pa Chris dibookmark disek trus baca sekali abis tapine kok tambah penasaran ya apa ini bu Dani ???? >_<
BalasHapuslhaaaaa...
Hapusgimana hayoooooo... :D :D :D
qiqiqiqiqiqiqiqiqiqi...
sing sabar ya mbak...
penulisnya emang gitu kok.
yang mana seh penulisnya ?
kok gak supan ngunu.
hehehehehehehehe...
matur nuwun dah ngikuti terus ya mbak...
Mesakke men Bobby ditinggal dewe :-(
BalasHapus