Master Fufu berhenti sejenak dari keasyikannya menjilati
bulu, lalu melirik ke arah seekor kucing abu-abu yang duduk di sampingnya. “Felix
akan membimbingmu.”
Felix bangkit. “Ikut aku,” ajaknya. Kobalt mengikuti tanpa
suara.
Setelah beberapa saat, Kobalt memberanikan diri bertanya, “Kenapa
Master Fufu menganggap aku bodoh?”
Felix berhenti melangkah. “Kau tahu, kucing punya sembilan
nyawa?” ia balik bertanya.
Kobalt mengangguk.
“Kau sudah mengorbankan satu nyawamu kemarin untuk
menyelamatkan Manusia. Dan apa balasannya? Tidak ada. Jangankan berterima
kasih, masih untung kau tidak dihajar oleh Manusia yang mengemudi mobil itu. Karena
itu Master Fufu menganggapmu bodoh.”
Kobalt memandang Felix, tercengang. “Bukankah itu tugas
kita, melindungi Manusia?”
“Benar. Tapi tanpa mengorbankan nyawa-nyawa kita yang
berharga. Tidak ada Manusia yang layak dilindungi seperti itu.”
Kobalt tercenung, berusaha mencerna kata-kata Felix. Ia teringat
Matt lagi.
Felix mendesah. “Tak mudah melindungi Manusia. Lihat dua
orang itu,” ia mengangguk ke arah sepasang Manusia yang sedang bergandengan
tangan, “Malam-malam begini berkeliaran. Kau dengar betapa ribut suara langkah
mereka, suara mereka berbicara? Cari perkara saja. Mengundang Manusia lain
untuk berbuat jahat pada mereka.”
Bagai disihir, seorang Manusia muncul dari kegelapan,
mencegat sepasang Manusia itu, lalu mengacungkan sebilah besi yang berkilau di
bawah lampu jalan. Ketika Manusia di hadapannya enggan memenuhi keinginannya, dilambai-lambaikannya
besi itu dengan sikap mengancam.
Tanpa berpikir panjang, Kobalt berlari ke atap gedung yang
menaungi mereka, lalu mendarat di atas kepala Manusia bersenjata besi itu.
Dengan buas ia mendesis dan mencakari wajah dan kepala lelaki itu. Dengan panik Manusia itu
berjuang keras berusaha melepaskan cengkeraman Kobalt di kepalanya.
Tiba-tiba saja bilah besi itu menembus tubuh Kobalt, nyaris
mengenai jantungnya. Ia merasakan cairan hangat membasahi bulunya, lalu semua
gelap.
Begitu ia membuka mata lagi, dilihatnya Master Fufu dan
Felix memandanginya.
“Selamat, kau menyelamatkan dua Manusia tadi,” kata Master
Fufu. “Ngomong-ngomong, kau kehilangan nyawamu yang kedua.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar