"Bagus,
kau sudah bangun. Kami butuh bantuanmu."
Felix muncul
dengan tampang tak keruan. Bulunya kusut dan kotor. Kaki belakangnya terluka.
Kobalt mengernyitkan dahi. "Kenapa kau?"
Kobalt mengernyitkan dahi. "Kenapa kau?"
Felix
menghempaskan diri di atas sofa, tak
peduli Felicia melotot padanya, lalu mulai bercerita. "Manusia-Manusia
jahat itu kembali semalam. Rupanya mereka mengira sudah berhasil mengusir kami.
Mereka tak menyangka kami masih berjaga. Perlawanan mereka keras juga. Banyak
kucing yang terluka, namun kami tetap akan berjaga nanti malam. Kalau sudah
sehat, kau bisa bergabung. Tapi sekarang, aku mau tidur dulu," katanya
sebelum memejamkan mata dan mulai mendengkur.
Felicia memandangi
adiknya dengan sebal, menggumam “dasar jorok!”, lalu bertanya, “Apa yang akan
kaulakukan?”
Kobalt mengangkat
bahu. “Membantu mereka. Aku sudah menjadi bagian dari mereka. Selain itu, siapa
yang akan menjaga Felix?”
Felicia hanya
tersenyum kecut.
Malamnya,
Felix dan Kobalt kembali ke rumah itu. Seperti sebelumnya, mata-mata kucing berkilauan
dari dalam kegelapan. Tampaknya lebih banyak kucing yang berkumpul malam itu.
“Kau sudah sehat?” tanya Master Fufu menyambut Kobalt.
“Kau sudah sehat?” tanya Master Fufu menyambut Kobalt.
Kobalt hanya
mengangguk.
“Terima
kasih sudah melindungi kami dari makanan beracun itu. Menilik keberanianmu,
rasanya lebih baik kau kupasangkan dengan Figaro. Kau bisa belajar banyak
darinya.” Master Fufu menoleh ke arah rumpun ilalang yang tampak kosong.
“Berani saja
tanpa kemampuan bertarung sama saja bunuh diri. Aku bukan babysitter. Kalau dia tak bisa berkelahi, lebih baik pulang saja,”
sebuah geraman rendah muncul dari tengah ilalang. Kobalt menajamkan mata. Nyaris
tak terlihat, seekor kucing bertubuh besar bergelung santai di balik ilalang. Warna
bulunya berbaur sempurna dengan warna ilalang kering.
Master Fufu
menatap Figaro dengan tajam. “Suka atau tidak, Kobalt berpasangan denganmu.” Dengan
kedikan kepala, diperintahkannya Kobalt mendekati Figaro.
Kobalt menurut,
duduk di samping Figaro. Kucing besar itu tak mempedulikannya.
Waktu berjalan
lambat. Kobalt nyaris tertidur ketika didengarnya Figaro mengendus udara, terkekeh,
dan berkata, “Bagus. Malam ini mereka membawa Anjing-Anjing. Saatnya berpesta!”
Good post
BalasHapus