Kelompok itu berkumpul lagi malam ini, bersama pemimpin
mereka, kucing berbulu legam bermisai putih dengan pandangan mata berwibawa
itu.
Kali ini ia harus bisa bergabung dengan mereka. Harus! Ia sudah
bukan kucing kecil lagi. Walaupun masih muda, ia kuat dan lincah. Tak kalah
gesit dengan kucing-kucing lain dalam kelompok itu.
Ragu-ragu ia mendekat, lalu menundukkan kepala, memberi
hormat.
Kucing hitam itu memandangnya dari atas tembok rendah. “Kau
mau apa, Anak Muda?”
“Ijinkan saya bergabung, Master Fufu.”
Yang disapa menelengkan kepala sedikit. “Kau tahu namaku,”
sahutnya. “Apa kau juga tahu kami ini siapa?”
Ia tak segera menjawab, melirik sekelilingnya. Kucing-kucing
lain memandanginya penuh minat. “Ya, saya tahu. Kalian para Pelindung. Kucing-kucing
pilihan pelindung Manusia.”
Master Fufu mengamatinya sejenak. “Siapa namamu, Nak?”
Ia menelan ludah. Sejenak ia teringat pada Matt,
satu-satunya Manusia yang pernah menyayanginya. Matt pernah memberinya nama. “Kobalt…
namaku Kobalt.”
Master Fufu menghembuskan napas berat.
“Menjadi Pelindung berat dan tidak mudah, Nak. Kita harus
melindungi Manusia dengan kelebihan yang kita miliki, walaupun seringkali
pengorbanan kita tidak dihargai. Siapkah kamu menjadi Pelindung?”
“Saya siap, Master.”
“Buktikan.”
Kobalt memandang berkeliling. Sudah lewat tengah malam. Tak
ada seorang Manusia pun di sekitar situ. Bagaimana ia bisa membuktikan bahwa ia
siap melindungi mereka?
Dari balik tikungan muncul seorang Manusia. Kobalt
mengenalinya sebagai Manusia yang sering tidur di bangku taman. Ia berjalan
tersaruk-saruk menyeberang jalan, tak sadar sebuah mobil melaju kencang ke
arahnya.
Kobalt menunduk, mengambil ancang-ancang, meloncat, lalu mendarat
di atas kaca mobil. Pengemudi yang terkejut membanting kemudi, lalu menabrak tiang
listrik, hanya beberapa meter sebelum menghantam Manusia itu.
Kobalt merasa tubuhnya terlontar tinggi, lalu kepalanya
menghantam sesuatu yang keras. Setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi.
Wajah Master Fufu-lah yang pertama dilihatnya ketika sadar. Kucing
hitam itu menyeringai, memamerkan taringnya, dan berkata, “Kau lulus tes. Selamat
bergabung, Kobalt.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar