Hugo melolong
ketika cakar tajam Kobalt menancap di moncongnya. Dikibas-kibaskannya kepalanya
agar cengkeraman Kobalt terlepas. Kobalt berusaha bertahan, paling tidak sampai
Master Fufu bisa melepaskan diri.
Manusia-Manusia
di gerbang mengamati kepergian mobil yang membawa Matt dengan ekspresi tegang. Tiba-tiba
terdengar suitan keras. Seorang Manusia meniup peluit. Serentak Anjing-Anjing
menoleh, menghentikan perkelahian, lalu mundur satu persatu ke arah majikan
masing-masing. Kucing-kucing mengamati sambil tetap bersiaga. Beberapa mendesis,
memamerkan taring.
Tanpa berkata
apa-apa, para Manusia meninggalkan halaman, diikuti Anjing-Anjing. Hugo yang
terakhir beranjak. “Urusan kita belum selesai,” geramnya pada Master Fufu.
Master Fufu
mengibaskan ekornya sambil memamerkan taring. “Kapanpun kau mau.”
Kucing-kucing
mengamati kepergian mereka dalam diam. Halaman kembali hening seperti semula.
"Terima
kasih,” kata Master Fufu pada Kobalt. “Atas apa yang sudah kaulakukan untuk
kami.”
Kobalt
menatap Master Fufu. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya. Ia tak
menyahut.
"Jaga
nyawamu yang tersisa sebaik-baiknya."
Kobalt tetap
diam. Apa gunanya? Ia kehilangan Matt lagi. Mobil yang membawa lelaki itu kian
jauh, makin tak terkejar.
"Kau
bebas pergi."
Kobalt
menatap Master Fufu, tak percaya pendengarannya sendiri. "Sungguh?"
Master Fufu
tersenyum lemah. "Kau masih boleh kembali kalau kau mau.”
Kobalt
mengedarkan pandangan, berusaha menerakan wajah-wajah yang kini terasa akrab
baginya. Baru kali itu ia menyadari betapa miripnya kakak-beradik Felicia dan
Felix, yang kali itu memandangnya dengan penuh sayang. Master Fufu, yang tetap
berwibawa walaupun jelas menahan sakit. Figaro... yah, tetap Figaro, yang acuh
dan tak peduli.
“Kau harus
kembali, Nak. Aku belum selesai melatihmu,” geram Figaro. Kobalt berjengit,
namun sekilas dilihatnya Figaro tersenyum.
“Pergilah. Temukan
Matt.”
Tak perlu disuruh
lagi, Kobalt beranjak. Di gerbang ia berhenti, menoleh ke belakang, memandang
keluarga barunya, tersenyum lebar, lalu mulai berlari. Makin lama makin cepat, ke arah perginya
Matt.
Kobalt tak
yakin ke mana harus mencari. Ia hanya mengandalkan kata hati saja. Kata hati
yang sama berkata: ia akan kembali.
good post
BalasHapusterima kasih, Pak.
BalasHapusterima kasih juga sudah mampir.